
Pada awalnya saya merasa sangat bingung dan dibuatnya pening (dalam bahasa Bangka yang artinya pusing). Bagaimana tidak pening, setiap kali saya mengajar dia lebih banyak tidak menggubris apa yang saya jelaskan, parahnya lagi saya jarang melihatnya duduk manis di kelas untuk beberapa kali pertemuan. Saya mencoba bersabar dan mencari-cari penyebab mengapa dia seperti itu. Beberapa guru yang mengajar bidang studi lain saya tanya alasan ketidak hadirannya dan bagaimana sikap dia terhadap pelajaran lain selama di dalam kelas. Cukup mengejutkan diri saya ketika kawan guru menceritakan sikap dia selama di kelas pada saya yang tidak lain dia lakukan hanyalah menggambar menggambar dan menggambar. Alangkah anehnya siswa ini pikir saya. Apa yang bisa saya lakukan untuk nya jika ternyata kondisi dia seperti ini? Apakah kamu tidak pernah berpikir apa yang bisa kamu lakukan untuk negerimu?
Tidak puas dengan jawaban dari satu guru, saya mencari cari lagi penyebab apa yang membuatnya dia seperti itu. Beberapa kawan dia saya tanya dan pada akhirnya saya tanyakan sendiri ke dia alasan mengapa dia bertingkah seperti itu. Rupanya sangatlah sepele (menurut saya), karena dia tidak tertarik dengan apa yang guru sampaikan di kelas sehingga menyebabkan dia mengalihkan tangan untuk membuat goresan pada kertas. Mungkinkah ini disebabkan karena metode yang dipakai si guru tidak tepat sehingga tidak menarik siswa?
Terlepas dari tepat tidaknya metode yang dipakai guru dalam menyampaikan materi,

Berangsur-angsur keadaan ini berubah dan rasa syukur saya terhadap perubahan ini sepertinya tidak bisa lagi ditulis dengan kata-kata. Saya dapat pelajaran baru dari ini semua, bahwa:
- Siswa adalah anak didik yang butuh bimbingan kita dalam segala hal di sekolah.
- Sikap gegabah dalam mengambil keputusan pemberian hukuman terhadap siswa dapat menjadi masalah besar jika kita tidak mengkajinya terlebih dahulu.
- Selami dan dekati anak-anak dengan pendekatan kekeluargaan karena mereka juga anak-anak kita sendiri yang akan selalu menghormati kita selagi kita menghormati hak dan kewajibannya.
- Ajaklah mereka berpikir dengan logika dan berikan contoh-contoh baik yang bisa membuatnya peka terhadap dirinya, orang lain dan lingkungan sehingga sikap hormat akan muncul dengan sendirinya.
- Janganlah bersikap sok jago di depan mereka karena mereka sebenarnya lebih banyak tahu dari kita dan hanya pengalaman yang membuat kita menang dari mereka.
3 Komentar
klo boleh jujur, saya juga saat sekolah dulu sama seperti ahmad budiman, jarang banget memperhatikan guru mengajar di kelas..yang ada malah menggambar dan terus menggambar..tapi saya gak sampe parah banget bolos sekolah
jarang banget loh ada guru seperti mba nova..atau bu nova..? (enaknya apa yah?)..guru yang mau mengetahui masalah siswanya sampai sedetail itu...andai saat saya sekolah dulu diajar oleh guru seperti mba...senang sekali rasanya.
terimakasih mba..maaf kalau bahasa indonesia saya kurang baku..hha
salam kenal ..fajardesignâ„¢
Mestinya dia tu sekolah di khusus seni gambar yach.. supaya ga mengganggu pemandangan aktivitas belajar di kelas hmmm..sabar kali ni Mba' Nova..
Oh ya .. smoga menang ya di Blog competitionn 2009....